Categories
Artikel

E-Sport: Transformasi Hobi Menjadi Profesi

Axel Rizkiya Iskandar | Accounting

 

Bandung (06/11) Pesatnya perkembangan teknologi pada era milenial ini, banyak orang memanfaatkan segala kesempatan yang ada untuk mencari peluang melalui hobi menjadi sebuah profesi. Seperti yang kita ketahui, mungkin games sendiri dipandang sebelah mata oleh orang awam dikarenakan hanya akan menghabiskan waktu dan tenaga tanpa menghasilkan apapun melainkan kesenangan semata. Tapi dalam situasi pandemi ini bahkan jauh sebelum itu, beberapa orang dapat membuktikan bahwa semua itu salah. 

Berawal dari perkembangan internet yang mulai menjajah memasuki Indonesia pada sekitar tahun 1995, masyarakat Indonesia dapat menikmati berbagai fasilitas internet untuk terhubung langsung dengan banyak orang dengan biaya yang sangat rendah. Salah satu fasilitas itu adalah online games yang sudah digandrungi oleh masyarakat di mancanegara dan perlahan tapi pasti mulai masuk ke lingkungan warga Indonesia sendiri. 

Dalam games online, semua orang bisa terhubung secara langsung untuk memainkan permainan yang mereka minati dengan berinteraksi secara langsung melalui jaringan internet. Berawal dari meledaknya jumlah peminat yang datang menyerbu  warung internet (warnet), hal ini  memunculkan  terobosan baru, yaitu kompetisi e-sports gaming. E-sports gaming sendiri dapat didefinisikan sebagai istilah untuk kompetisi pemain jamak, yang umumnya dimainkan antara pemain profesional. 

Salah satu contoh permainan online yang saat ini sedang ramai menjadi buah bibir masyarakat Indonesia adalah game MOBA bertajuk Mobile Legends Bang-Bang. Seiring berjalannya waktu, banyak orang yang akhirnya berpikir untuk menciptakan peluang ini untuk menjadikan e-sports sebagai strategi bisnis untuk mendapatkan keuntungan. Terlebih lagi, dalam situasi pandemi yang menyerang Indonesia pada awal tahun 2020, yang dimana tidak memungkinkan kita untuk beraktivitas dan berinteraksi secara langsung. Momentum inilah yang akhirnya dieksekusi oleh beberapa pihak yang sudah mempunyai ide dan terobosan agar games yang dianggap merusak otak masyarakat Indonesia ternyata malah menjadi bumerang dengan menghasilkan banyak manfaat. 

Sebagian orang mungkin menganggap bahwa e-sports hanyalah sebuah akal akalan publik untuk melegitimasi mereka terhadap orang orang yang kecanduan dalam bermain game. Tapi faktanya, kini e-sports bukan hanya sekedar permainan virtual tetapi telah berkembang pesat menjadi sebuah industri yang dapat meraup keuntungan sebesar 900 juta dollar atau setara dengan 13 triliun dilansir dari halaman bola.com. Fakta yang dapat membuktikan itu semua adalah, ketika e-sports menjadi cabang olahraga baru di panggung Asian Games 2018.

Seperti layaknya kompetisi olahraga sungguhan, para pemain menggunakan jersey tim kebanggaan mereka sendiri dan terdapat pelatih, manajer, bahkan supporter. Lalu jika banyak orang menyalah artikan bahwa atlet yang bertanding pada kompetisi tersebut tidak bisa dinamakan seperti atlet karena mereka tidak melatih fisik mereka. Hal itu merupakan pandangan yang salah karena dengan jadwal yang padat para pemain harus berkonsentrasi keras dan tetap menjaga stamina mereka agar mereka dapat menunjukan performa terbaiknya. Lalu fakta menarik tentang e-sports sendiri ialah atlet atau pemain memiliki denyut nadi setara dengan atlet marathon. 

Mungkin banyak orang meremehkan dan menganggap pernyataan ini adalah hoax, tetapi dilansir dari laman IDN Times, penelitian berhasil membuktikan bahwa mereka yang bermain game menggunakan strategi memiliki denyut nadi hingga 160 bahkan 180 denyutan dalam 1 menit. Dan yang paling fantastis adalah atlet e-sports dapat meraup gaji lebih tinggi daripada gaji rata rata penduduk Indonesia di angka Rp.6.000.000 perbulan. Hal inilah yang menjadi jawaban mengapa e-sport adalah sebuah hobi yang bertransformasi menjadi sebuah profesi. Jadi apakah kalian tertarik untuk menjadi atlet e-sport?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *