Hufaidzah Achmad Qotadah | Master in Shariah
Manusia merupakan makhluk sosial, makhluk yang tidak mungkin hidup secara individu tanpa memerlukan kehadiran orang lain di sekitarnya. Karena itu, manusia sejatinya sangat membutuhkan peranan orang lain dalam menjalankan sebuah aktivitas dan salah satunya ialah penggunaan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya baik itu individu dengan individu, individu dengan kelompok ataupun kelompok dengan kelompok dan interaksi tersebut dilakukan melalu perantara bahasa yang saling dipahami satu sama lain. Hal demikian juga berlaku di kehidupan perkuliahan, ketika kita memutuskan untuk memilih kuliah di luar negeri maka kita pastinya memerlukan skill berkomunikasi dalam bahasa yang dapat di pahami orang lain seperti bahasa Inggris atau bahasa yang menjadi standar khusus yang di terapkan oleh sebuah universitas.
Oleh karenanya, bahasa merupakan hal amat krusial serta hal yang pertama kali sering terlintas di benak seseorang ketika berencana untuk melanjutkan studi di luar negeri karena bahasa merupakan salah satu hal yang mampu membantu seseorang untuk bertahan hidup di negara orang serta memudahkan dirinya untuk beradaptasi dengan bahasa pengantar yang digunakan dalam sebuah universitas.di dalam kehidupan sebuah perkuliahan. Bahasa juga hal paling dominan yang harus kita kuasai dalam rangka mendapatkan informasi yang hendak di sampaikan oleh pengajar mahupun antar sesama pelajar. Oleh sebab itu, tanpa skill komunikasi bahasa yang baik serta yang mampu di pahami oleh orang lain maka informasi yang hendak di sampaikan tidak akan pernah tercapai.
Hal demikian ini tentu berlaku juga ketika seseorang hendak berencana untuk memilih berkuliah di universitas di Malaysia yang secara umumnya bahasa yang menjadi standard pengajaran kuliah ialah bahasa Inggris seperti misalnya University of Malaya, International Islamic University Malaysia (IIUM), Asia Pacific University, Limkokwing University dan lain sebagainya. Namun, sebagai seorang individu yang tinggal di negara orang ada baiknya jika kita mempelajari bahasa lokal tempatan serta berkomunikasi dengannya karena mempelajari bahasa lokal akan membuat kita lebih banyak mendapatkan kemudahan seperti menghindari miskomunikasi, mengetahui budaya mereka, membuat orang-orang setempat senang ketika kita mencoba berkomunikasi dengan bahasa mereka, memudahkan seseorang untuk bersosialisasi dengan masyarakat setempat begitu juga dengan tenaga pengajar atau staf-staf ahli yang berada dalam ruang lingkup kampus yang hampir kebanyakannya mereka adalah orang lokal.
Selain itu, mempelajari bahasa lokal serta berkomunikasi dengannya seperti bahasa melayu mampu memberi kita kesempatan untuk lebih memahami karakter mereka, mampu menciptakan keharmonisan, serta untuk mendapatkan informasi secara maksimal dan lain sebagainya. Hal ini sepertimana yang telah sering penulis lakukan ketika dahulu berkuliah di IIUM, ketika hendak memohon menambah credit hours agar bisa selesai kuliah 3,5 tahun, memohon untuk mendapatkan transkrip nilai serta surat kelulusan di awal, mendapatkan akses lebih dekat dengan dosen-dosen lokal Malaysia,
Kesimpulan, memiliki keahlian bahasa tertentu dalam rangka beradaptasi terhadap bahasa resmi yang digunakan sebagai bahasa pengantar di perkuliahan merupakan hal wajib yang harus di miliki oleh semua individu yang hendak berkuliah di universitas-universitas luar negeri, tidak terkecuali di universitas di Malaysia. Namun, mempelajari bahasa lokal di luar bahasa resmi yang digunakan dalam sistem perkuliahan seperti mempelajari bahasa Melayu serta berkomunikasi dengannya merupakan suatu hal yang mampu memberikan seseorang banyak kemudahan dalam banyak keadaan, baik di luar area perkuliahan maupun di dalam ruang lingkup sebuah universitas seperti ketika hendak bernegosiasi agar visa pelajar selesai dengan cepat, atau ketika hendak memohon menambah credit hours, menambah mata kuliah tertentu, mendapatkan hati dosen yang memang lokal Malaysia dan lain sebagainya.
Saran, sejatinya bahasa Melayu dan bahasa Indonesia tidaklah begitu jauh perbedaannya, banyak kemiripan yang sering kita dapati dalam berinteraksi dengan orang lokal Malaysia. Akan tetapi, tidak bisa kita pungkiri bahwa paradigma mengenai kuliah di luar negeri mestilah berbahasa Inggris dalam setiap interaksi masih saja terlihat dan hal ini terjadi pada beberapa teman penulis yang mana terkadang mereka lebih prefer menggunakan bahasa Inggris dalam berinteraksi dengan orang-orang lokal baik dengan tenaga pengajarnya maupun dengan staf-staf yang ada di area kampus dan terkadang mereka lebih sedikit di persulit urusan-urusannya yang hendak mereka ajukan berbanding dengan beberapa temen penulis yang mencoba untuk berinteraksi dengan bahasa lokal demi mendapatkan hati mereka ataupun membuat mereka senang bahwa kita tidak gengsi untuk mempelajari serta berkomunikasi dengan bahasa lokal mereka sehingga mereka pun dengan senang hati untuk mempermudah urusan yang hendak kita mohon.