Categories
Artikel

Dijajah Bangsa Sendiri–Tangisan dari Surga Indonesia

Tarin Pramesti Nharesworo | International and Strategic Studies

 

Apakah negara kita sudah benar-benar merdeka?

Bagaimana dengan kasus rasisme yang masih merajalela terhadap masyarakat Papua?

 

Hashtag #BlackLivesMatter sedang menjadi trending topik di social media beberapa bulan terakhir. Dengan mengangkat isu Goerge Floyd, dunia bergandengan tangan menyuarakan pentingnya penegakkan hak asasi manusia, terutama mengenai isu rasisme. Seiring dengan trend yang sedang beredar, hashtag #BlackLivesMatter merupakan tamparan keras kepada bangsa Indonesia yang sebentar lagi akan merayakan hari kemerdekaan yang ke-75 Tahun. Suatu umur yang cukup tua, yang sepatutnya sudah sangat berpengalaman dalam kehidupan bernegara. Namun, faktanya rakyat sebagai penentu masa depan bangsa, belum mampu mencerminkan makna kemerdekaan tersebut sepenuhnya. Kasus rasisme terhadap saudara setanah air sangat mencoreng arti “merdeka” dan “demokrasi” yang dicanangkan sebagai bentuk negara Indonesia semenjak krisis 1998. 

 

Papua, provinsi paling timur Indonesia selalu dibanggakan akan keindahan alamnya. Tetapi, ada cerita berbeda dengan bagaimana bangsa ini memperlakukan rakyat Papua. Rasisme merupakan masalah sistematis internasional yang sangat sulit untuk dihilangkan. Kilas balik sejarah dunia menekankan bahwa rasisme berakar pada perbedaan ras dan warna kulit. Rasisme adalah bentuk keyakinan bahwa suatu kaum dengan warna kulit terang merupakan kaum superior dibandingkan kaum kulit hitam (gelap). Rasisme dan diskriminasi menjadi suatu hal yang saling bersangkut paut, dengan akar rasisme, tindakan diskriminasi menjadi hal yang nampaknya wajar untuk dilakukan. 

 

Indonesia selalu menepis adanya pelanggaran hak asasi manusia terhadap rakyat Papua di dunia internasional, namun apakah begitu kenyatannya? Rasisme di tanah papua, terutama Papua Barat diawali dengan sejarah aknesasi secara paksa tanah Papua Barat untuk menjadi bagian dari Indonesia tanpa ada persetujuan dari perwakilan Papua Barat setelah kemerdekaan Indonesia melalui “Perjanjian New York” pada Tahun 1962 untuk menyerahkan tanah Papua dari Belanda ke Indonesia. Semenjak saat itu, perlakuan tidak adil dialami oleh rakyat Papua. 

 

Dimulai dari menyamakan orang Papua dengan binatang “Monyet / Kera”. Hal ini terkhusus dirasakan oleh para perantau dari Papua yang sekolah atau kerja di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan sebagainya. Perbedaan warna kulit dan suku menjadi penyebab utama terucapnya kata tersebut baik secara sengaja ataupun tidak sengaja. Contoh terbaru yang sangat membuat hati pilu adalah kesaksian mahasiswa Papua di Surabaya yang diteraki “monyet” serta kalimat “pulangkan ke papua” pada tahun 2019.

 

Selain perkataan, penangkapan salah satu mahasiswa papua di Yogyakarta, Obby Kogoya. Kejadian yang dialami Obby serupa dengan Floyd, polisi menangkap Obby, membanting tubuhnya, lehernya diapit dengan siku, mengaitkan dua jari ke dua lubang hidungnya dan menariknya. Mirisnya, pihak kepolisian menepis perlakuan tersebut. Obby merupakan salah satu mahasiswa yang ingin melaksanakan demonstransi dukungan kepada United Liberation Movement for West Papua (UMLWP) untuk bergabung dengan Melanesian Spearhead Group. Acara ini dihentikan bahkan sebelum demonstasi dimulai, dan penangkapan tetap dilakukan dengan tuduhan bahwa Obby membawa senjata tajam.

 

Kejadian-kejadian diatas merupakaan beberapa contoh bentuk rasisme terhadap masyarakat Papua. Sungguh memilukan, padahal “Berbeda-beda tetapi tetap satu jua” atau yang dikenal dengan “Bhineka Tunggal Ika” merupakan pedoman negara ini. Semoga, keadilan akan tetap ada, dan kita dapat mencermikan kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan baik. Mari, kita merefleksikan kembali, apakah kita masih bersikap rasis?

 

 

Link Gambar:

https://tirto.id/siklus-rasisme-terhadap-mahasiswa-papua-egA4

https://www.kompasiana.com/kitarakyatjelata/5ed84b18097f361d2a3da063/george-floyd-obby-kogoya-dan-jejak-rasialisme-di-indonesia

https://tirto.id/timpangnya-putusan-hukum-pelaku-dan-pemrotes-rasisme-ke-orang-papua-fF6j

 

Referensi:

https://suarapapua.com/2020/06/05/indonesia-dan-rasisme-terhadap-rakyat-west-papua/

https://suarapapua.com/2019/08/17/mahasiswa-papua-di-surabaya-mengaku-diteriaki-monyet/

https://tirto.id/siklus-rasisme-terhadap-mahasiswa-papua-egA4

https://library.fes.de/pdf-files/bueros/indonesien/06393.pdf

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *