Categories
Artikel

Culture Shock Selama Kuliah di Malaysia

Nikan Waradana Afif |

Saat pertama kali kuliah di Malaysia, saya banyak melihat perbedaan budaya antara Indonesia dengan Malaysia. Beberapa dari budaya tersebut membuat saya mengalami culture shock (gegar budaya) saat pertama kali melihatnya. Mulai dari makanan, perilaku sehari-hari, hingga tradisi. Inilah beberapa contoh culture shock yang saya alami.

Pertama, di Malaysia tidak ada ojek (transportasi umum sepeda motor). Ternyata, ojek dilarang beroperasi di Malaysia atas alasan keamanan. Ketiadaan ojek membuat saya harus menggunakan bus dan jalan kaki ke kampus agar menghemat biaya transportasi. Untungnya transportasi umum seperti LRT dan bus mempunyai kualitas yang bagus dan nyaman. Selain itu,
transportasinya juga murah sehingga banyak orang yang menggunakan transportasi umum.

Kedua, di Malaysia sudah banyak toko-toko yang bisa transaksi tanpa menggunakan uang tunai. Di sini kita bisa bertransaksi hanya menggunakan QR Code (Quick Respond Code). QR Code adalah barcode yang bisa memberikan beragam jenis informasi jika dipindai menggunakan aplikasi. Layanan QR Code memudahkan aktivitas, seperti transaksi antara penjual dan pembeli karena tidak perlu menggunakan uang tunai dan mencari uang pecahan. Di Indonesia, hanya beberapa tempat
saja yang bisa bertransaksi dengan QR Code, seperti di mall dan bandara.

Ketiga, tentang makanan. Di Malaysia, kami selalu atau seringkali diberikan sup sebagai makanan pendamping saat membeli makanan. Bahkan, ayam penyet pun diberikan sup sebagai menu pendamping . Lalu, mayoritas saus sambal botolan di Malaysia tidak terasa pedas, melainkan manis. Hal ini membuat sebagian orang mengeluhkan rasanya. Selain itu, cabai rawit juga susah ditemukan di Malaysia. Padahal di Indonesia, cabai rawit dijual di berbagai toko mulai dari warung
kelontong hingga swalayan besar. Hal lain yang saya perhatikan adalah meskipun kedua makanan di Malaysia dan Indonesia memiliki nama yang sama, sebagai contoh rendang dan roti canai, namun rasa dan teksturnya belum tentu sama. Rendang di Indonesia memiliki tektur yang kering sedangkan di Malaysia berkuah.

Dari pengalaman di atas, ada beberapa perbedaan budaya antara Indonesia dengan Malaysia. Meskipun awalnya terasa asing, namun perbedaan itu ada yang dapat menjadi pengalaman menarik. Begitulah pengalaman saya selama berkuliah di Malaysia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *